TASAWUF AMALI QODIRIYAH (SYAIKH ABD. QODIR ALJAILANI)
Abstract
Pendidikan berbasis sufistik sangat efektif untuk menangkal degradasi moral generasi bangsa. Yaitu dengan internalisasi nilai-nilai keimanan, keislaman, dan ihsan mulai sejak dini. Dengan mengemplementasikan ajaran-ajaran tarekat Qodiriyah wanaqsabandiyah dalam dalam kehidupan maka derajat manusia akan mencapai Ahsan al-taqwim, bukan justru sebbaliknya asfal al safilin. Manusia harus meyeimbangkan antara jasmani dan rohani yaitu dengan mengamalkan ajaran-ajaran tarekat “Qodiriyah wa naqsabandiyah”. Pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan Sufisme diri oleh setiap individu.
References
M. Zainuddin, Karomah Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani” (Pustaka pesantren,2004)
K.H. Muhammad Sholikhin, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani,(Mutiara media, Yogyakarta).
Tesis, Ach. Sayyi, Implementasi Model pendidikan sufistik tarekat Qodiriyah wa naqsabandiyah dalam pendidikan islam PP Asslalafi al-fitrah Surabaya.
Abu Hamid al-Ghazali, Minhaj Kaum „Arifin Apresiasi Sufistik untuk Para Salikin, Terjamah. Masyhur Abadi dan Hasan Abrori, (Surabaya: Pustaka progresif, 2002),
Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf.
Alex MA, Kamus Ilmiah Populer Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005).
Koes Adiwidjajanto, ed., Raudhah: Taman Jiwa Kaum Sufi, (Surabaya: Risalah Gusti, 2005).
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, hlm. 424.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Volume 2: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,(Jakarta: Lentera hati, 2008).
Abi Rossamoon Lie „Izzati Maula Al-Wafa, Menguak Falsafah Agung Syaikh Abdul Qadir Al- Jailani RA., (Semarang: Duta Grafika, 2004).
Achmad Gunaryo, “Pesantren dan Tasawuf”, dalam Amin Syukur, dkk., Tasawuf dan Krisis,(semarang: Pustaka pelajar, 2001).
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an.