PENGEMBANGAN KUBE SEBAGAI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN PENERIMA PKH BERBASIS QUARDRUPLE HELIX (STUDI PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN PADA PROGRAM KUBE–PKH DI ERA NEW NORMAL DIKABUPATEN PASURUAN)

  • Agus Prianto Universitas Yudharta Pasuruan
  • M. Sulhan Universitas Yudharta Pasuruan

Abstract

Kemiskinan menjadi tanggung jawab pemerintah yang proses pengentasan kemiskinan berbagai macam bentuk program termasuk PKH yang memberikan tranfer tunai sebagai bentuk pemutusan mata rantai kemiskinan. Dengan berjalannya program tersebut maka masih banyak kendala soal tujuan program tersebut. Dikabupaen pasuruan mayoritas KPM PKH relatif bersikap ketergantungan, Implusif dan juga konsumtif. Tingginya pembelanjaan tercapai saat pasca tranfer subsidi pada tingginya angka konsumsi rokok dan bukan pada kebutuahan dasar keluarga. Hal ini menujadi penyebab akan ketidak siapan KPM PKH untuk graduasi alamian maupun graduasi mandiri, dengan ketidak siapan akan graduasi maka juga berimbas akan program KUBE sebagai keberlanjutan akan ekonomi masyarakat penerima PKH oleh sebab itu pendekatan qudruple helix menjadi sebuah jawaban atas pembagian beban, pengembangan inovasi dan juga perubahan akan karakter KPM PKH yang tidak profuktif. Dalam penelitian menggunakan metodologi kualitatif yang dengan bersumber pada data primer dan skunder. Dari hasil penelitian ini terdapat akan ketidak berhasilan dalam progran KUBE Mandiri sebab program yang dijalakan belum berbasis pada kearifan lokal, dan juga perilaku dan sikap KPM PKH masih pada impulsif, komsumtif dan ketergantungan pada bantuan subsid PKH. Sehingga tidak ada yang terdorong untuk kemandirian ekonomi KPM PKH. Dengan sistem kolaborasi dan kemitraan quadrule helix maka akan mampu mendorong bagi pengembangan masyarakat Penerima PKH untuk mambu merubah mainseet yang akan memperbaiki sikap dan perilaku untuk lebih mandiri sebagai kemandirian ekonomi PKM yang dilaksanakan rintisan berbasis pada KUBE Mandiri PKM dikabupaten Pasuruan yang lebih maju dan berkembang

 

Kata kunci; KPM PKH, Graduasi Mandiri dan Quadruple Helix

References

Cooke, P., Gomez Uranga, M., & Etxebarria, G. (1997). Regional innovation systems: Institutional and organisational dimensions. Research Policy, 26(4), 475-491. doi: https://doi.org/10.1016/S0048-7333(97)00025-5

Denzin andY. Lincoln. (1997), Handbook of Qualitative Research. London: Sage

Hurlock, 2003. “Psikologi Perkembangan”, Erlangga, Jakarta

Leydesdorff, L. (2012). The Triple Helix, Quadruple Helix, …, and an N-Tuple of Helices: Explanatory Models for Analyzing the Knowledge-Based Economy? Journal of the Knowledge Economy, 3(1), 25-35. doi: 10.1007/s13132-011-0049-4.

Mahsun, Mohamad. (2009). Pengukuran Kinerja Sektor Publik (3th ed). Yogyakarta: BPFE.

Nelson, Debra L,. & James Campbell Quick. 2005. Understanding organization Behaviour. Ohio: South-Westrn

Parmenter, David. 2007. Key Performance Indicator (developing, Implementing and Using Winning KPIs, United State of America

Piirainen, T. & Koski, P. (2004), Integrating workplace development policy and innovation policy. A challenging task. Experiences from the Finnish Workplace Development Program, pada Fricke, Werner and Totterdill, Peter (eds) Action Research in Workplace Innovation and Regional Development. Amsterdam: John Benjamins, pp. 313–331

Wibowo. ( 2007). Manajemen Kinerja. Edisi ketiga. Jakarta: PT.Raja Grafindo Prasada

Published
2021-12-31